Aq menikah tanggal 9 januari 2011, dan hampir selama 20 bulan kami menanti
satu kata, yaitu hamil. Kata yang emang pantas diharapkan bagi setiap pasangan
yang menikah. Apalagi keluargaQ belum punya cucu, jadi wajarlah apabila
keluarga mengharapkan kata tersebut.
Sebenarnya kami (aq dan
suami) juga mengharap kata tersebut, tetapi tidak menggebu. Karena kami
mempunyai keyakinan bahwa anak adalah amanah. Apabila sampai sekarang belum
dikaruniai anak, berarti ALLAH memang masih belum percaya kepada kami untuk
menjadi orang tua.
Pernah suatu hari, kami
pesta buah durian. Mumpung di daerah tempat tinggal kami (Tempursari, Lumajang)
sedang panen. Setelah cerita pada ibu, aq dimarahi. He....maklum, aq tidak tahu
kalau buah durian sifatnya panas. Sejak saat itulah aq berusaha menghindar
durian, walau aq suka banget makan durian.
Aq masih ingat, beberapa
hari setelah menikah, aq diajak ibu ke tukang
pijit untuk melihat keadaanku. Kata tukang
pijit, “wah jeru bu. Ketok’e suwi
duwe anak. Jareku mending melu KB disik gawe melancarno mens. Atau pergi ke
Madura. Nang Madura ono wong sing iso gampangno meteng. Tapi yo ngono, syarate
ari arine kudu dikekno nang wonge.”